Sabtu, 30 September 2017

Rezeki Tak Mengkhianati Pemiliknya

http://waspada.co.id/wp-content/uploads/2015/07/cuaca-hujan-660x330.jpg
 Rezeki adalah bingkisan khusus dari Tuhan yang tak nampak, tapi dapat dirasakan kehadirannya. Suka dan duka kehidupan merupakan sesuatu yang patut kita syukuri. Tak lupa pula untuk selalu mengucapkan terima kasih, walau mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkan. Jika ingin terus menemukan sesuatu yang baik dari-Nya di hari esok, jangan pernah lupa beribadah. Karena Dia sangat suka kepada hamba yang dekat melalui doa-doa uang dipanjatkan setiap saat.
Berbicara tentang rezeki. Setiap makhluk hidup sudah pasti memiliki bekal spesialnya masing-masing. Dimana antara makhluk yang satu dengan lainnya tidak sama. Jadi, sudah dipastikan tak akan pernah tertukar. Hanya saja mungkin bukan yang terbaik atau belum waktunya untuk diberikan.
Selain itu, tak ada satu pun makhluk hidup di dunia ini yang akan berlapang dada ketika dianggap sebagai pembawa sial. Karena hal yang tidak dikehendaki tersebut bukan datang dari sesama ciptaan-Nya. Tapi, sesungguhnya berasal dari dirinya sendiri. Maksudnya adalah bergantung dari amal ibadah dan perbuatan. Bahkan, kesialan juga bisa datang dari doktrin atau sugesti terhadap sesuatu. Misal terlalu percaya akan ramalan (Kartu Tarrot, Zodiak, Shio, garis tangan, atau sejenisnya), percaya akan adanya makhluk penolong lain selain Tuhan (kepercayaan animisme maupun dinamisme), dan lain sebagainya. Membuat 'mind set' masyarakat pun menjadi percaya akan ramalan. Dimana kesialan yang terjadi secara tidak sengaja membutakan akal sehat kita. Sehingga, mulai sekarang STOP melakukan diskriminasi terhadap kaum yang sering dianggap sebagai pembawa masalah serta petaka.

Selasa, 05 September 2017

Lambemu, Dik!

https://sd.keepcalm-o-matic.co.uk/i/keep-calm-and-menengo-lambemu.png
Sebuah judul yang sangat mengejutkan. Terdengar sedikit kasar di telinga hingga menusuk ke hati. Tapi, begitulah adanya. Masih berbicara tentang anak tetangga yang menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan tetangga sang pelempar batu sembunyi tangan. Jujur secara pribadi, aku sudah merasa anak itu tidak dapat dipercaya lisannya. Karena setiap ucapannya tidak pernah sama, antara hari ini dan esok. Kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya adalah kemunafikan, kepalsuan, kebohongan, dan sejenisnya. Demi menutupi kesalahan yang telah diciptakan oleh dirinya sendiri. Hal tersebut dilakukan demi mengamankan diri dari sebuah kesalahan. Teman atau orang lain yang ada di sekitarnya, khususnya saat kejadian akan selalu tertuduh sebagai pelaku. Memaksa siapapun yang ditujuk untuk selalu berlapang dada. Padahal di dalam hati ingin melayangkan pukulan keras bertubi-tubi di muka sok imut nan tampan. Ini sudah lebih dari batas wajar. Si doi perlu diberi pelajaran tentang tata cara berkata jujur.

Jika bukan karena menjaga nama baik dengan tetangga, mungkin aku sudah melakukan perhitungan kepada dia. Tak peduli siapa dan apa profesi orang tuanya. Karena kejadian itu sudah berulang kali. Membuat resah tetangga yang lainnya, sedangkan si doi hanya diam saja. Pura-pura tidak tahu masalah ini. Padahal sebenarnya dirinya sendiri yang menjadi dalang di balik membludaknya jumlah sahabat bulu secara drastis.

Minggu, 03 September 2017

Anak Tetangga yang Menyebalkan!

http://www.temakita.com/wp-content/uploads/2017/01/orang-bermuka-dua.jpg
Memiliki tetangga baik merupakan impian setiap orang. Tapi, sepertinya itu sedikit sulit untuk dilakukan. Mengingat sifat dan karakter manusia sangat berbeda-beda. Aku punya tetangga yang sangat menyebalkan. Kebetulan yang sedang bermasalah dengan diriku adalah anaknya. Jujur, diri ini tak menyukai kebiasaan buruk yang bisa dikatakan meresahkan sekitarnya. Termasuk keluargaku yang selalu menjadi target sasaran hobi gilanya.

Dia suka mengambil kucing-kucing dari jalanan. Sayangnya, sang ibu tidak menyukai binatang berbulu tersebut. Tapi, suka menitipkan secara ilegal di depan rumahku. Sudah berkali-kali anak laki-laki itu melakukan, bahkan sudah berkali-kali pula keluargaku mengingatkan. Untuk tidak membuang kucing-kucing bukan pada tempatnya. Sepertinya anak ini memang "ndableg", sudah dibilang masih mengulangi perbuatan gilanya. Otomatis mengganggu daerah kekuasaan keluarga bulu milikku. Yap! Mereka pun sering bertengkar hanya gara-gara berebut makanan. Terpaksa, mau tidak mau harus ada peringatan keras kepadanya. Agar tidak begitu terus. Kalau perlu, dilaporkan kepada orang tuanya. Walau keduanya tidak tahu bagaimana kelakuan si anak. Setidaknya, sang empunya buah hati harus tahu. Jika si doi suka buang makhluk hidup sembarangan. Dikira rumah tetangga sebagai tempat penitipan atau pengasuhan kucing lokal?

Padahal para "meong" datang ke rumahku dengan sendirinya. Aku dan keluarga tidak pernah membawa seekor pun dari jalanan. Mereka datang secara tidak sengaja. Mungkin karena tempat sampah di depan hampir tidak pernah sepi dengan harta karun. Dimana Mama sering masak lauk berupa ikan-ikanan, seperti ikan laut dan tawar. Aku tahu, mereka memang sangat suka ikan goreng yang digoreng dengan kering serta gurih.

Berbicara tentang penistaan kaum kucing di rumahku, si anak tetangga ini terbilang kejam. Karena sering membawa anak kucing tanpa induk, bahkan jenis ras milik tetangganya yang berada di perumahan lain pun turut dibawa. Karena di lehernya terdapat kalung lonceng, jadi sudah pasti memiliki tuan. Lebih parahnya lagi, dia taruh sahabat bulu di depan pagar saat keadaan sekitar rumah terlihat sepi. Tapi, aku serta beberapa orang lainnya sudah sering melihat secara langsung kalau memang dia pelaku pembuangan hewan kesayangan Rasulullah. Walau pada kala itu tidak sempat diabadikan dalam bentuk foto maupun rekaman video. Berharap besok jangan sampai kecolongan untuk yang ke sekian kalinya.

Jumat, 01 September 2017

Cat's Story - Induk Bulu yang Manja

Maggie, si kucing cantik ^_^
Maggie, begitulah aku memanggilnya. Kucing betina yang hidup di jalanan. Mengais rezeki dari beberapa rumah, tempat sampah, hingga lokasi yang diyakini dapat melepas rasa lapar sekaligus dahaga. Badannya kurus dengan tatapan mata yang memelas. Manja! Sungguh sangat bersahabat dengan manusia seperti aku. Sayangnya, dia terlalu galak dengan induk bulu yang sudah lama menjadi bagian dari keluargaku. Geram? Iya, tapi tidak lagi. Ketika secara nyata, mata menyaksikan sendiri anak-anak yang sedang diasuh bahkan disusui olehnya. Yap! Dia punya keturunan sebanyak 3 ekor dan belum diketahui jenis kelaminnya. Mana yang jantan maupun betina.
Mereka adalah buah hati Maggie yang sedang tidur pulas di dalam kotak kardus :)
Rasanya, aku ingin mengadopsi mereka. Lagi-lagi, kendala di rumah adalah  sudah terlalu banyak anggota bulu yang hidup bersama kami. Tapi, sebisa mungkin mengupayakan kesejahteraan mereka. Agar hidup layak, sebagaimana kucing yang setiap hari bisa mendapat perhatian dari manusia. Oh, Maggie! Maafkan diriku yang pernah marah bahkan mungkin bersifat kasar kepadamu. Sebenarnya tak pernah sedikit pun terbesit rasa benci sedikit pun kepada kaum "meong". Sesungguhnya, di dalam hati ada rasa ingin mendamaikan penghuni kerajaan kami. Kendati menyatukan perbedaan itu bukanlah perkara yang mudah. Semoga manusia ini bisa memberimu penghidupan yang layak serta sesuai dengan standar dunia pecinta hewan peliharaan.
Maggie dan ketiga anaknya, mereka hidup sengsara akibat ulah anak tetangga :'(
 • Catatan :
  1. Kisah dari seekor kucing lokal betina yang mencari makan hingga ke rumahku. Ceritanya tidak sengaja memberi makan. Tapi, ternyata dia malah asyik tinggal dan bisa dikatakan ingin menetap selamanya.
  2. "Maggie" dibaca "Megi", panggilan tersebut merupakan nama pemberian adik
  3. Kini Maggie kehilangan anak-anaknya, karena anak tetangga yang tidak bertanggung jawab tersebut membuang ketiganya tanpa sang induk.