Senin, 16 Januari 2017

Bagaimana Saya Mengenal FPI?


https://www.merdeka.com/peristiwa/ahok-ingin-semua-ormas-anarkis-termasuk-fpi-dibubarkan.html
PERINGATAN
Catatan pada unggah blog ini tidak ada sedikit pun maksud menyinggung pihak manapun, termasuk organisasi masyarakat (ormas) Front Pembela Islam (FPI). Hanya berisi kisah pertama mengenal, mengetahui dari media massa, serta pengalaman belaka.

Tahun 2011
Sebuah film layar lebar berjudul Tanda Tanya karya Hanung Bramantyo tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia. Sebagai penggemar beliau, tak ada salahnya untuk menyaksikan trailer atau sinopsis film sebelum memutuskan nonton. Sepintas memang terkesan seperti film rohani Nasrani, karena ada suara lonceng dan lagu pujian gereja. Belum puas, saya memutuskan untuk browsing sinopsis. Ternyata mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari kita. Merasa hidup dalam toleransi, film satu ini wajib ditonton. Saya pun meluangkan waktu sambil menyisihkan uang jajan pemberian dari orang tua. Secara pribadi, tiket bioskop memang sangat mahal. Mengingat uang saku hanya cukup untuk transportasi serta makan seperlunya di sekolah. Sebuah perjuangan yang cukup berat. Naik bus Damri jurusan Tanjung Perak ke Tunjungan Plaza dengan ongkos yang sebenarnya di luar dugaan. Mahal? Tentu saja, karena mengenakan baju bebas sepulang sekolah. Sehingga wajar jika dianggap sebagai penumpang umum dengan tarif normal.
Beberapa hari kemudian, media elektronik televisi channel infotainment dan beberapa tayangan berita mengabarkan tentang penayangan film Tanda Tanya. Rupanya ada laporan tentang ceritanya yang dianggap memurtadkan umat Islam bahkan disebut-sebut sebagai film kafir.Tidak layak ditonton. Wajah dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) muncul dan memberikan himbauan secara sopan dan santun atas himbauan tersebut. Sebaliknya, ada salah satu organisasi masyarakat (ormas) atas nama agama Islam mengecam secara keras. Larangan mereka terdengar sangat fasih dan vokal sekali.
"Siapakah mereka? Berani-beraninya mengecam dengan kasar?" bergumam dalam hati dengan perasaan penasaran.
Oh, rupanya Front Pembela Islam (FPI) dengan penampilan garmis serta sorban berpuasa serba putih. Sangat terkejut mengetahui bahwa mereka ormas atas nama agama, tapi suara mereka tidak mencerminkan orang beragama. Keras dan memaksa. Anggota FPI seluruh Indonesia siap melakukan pemboikotan bioskop. Jika film layar lebar tersebut tidak segera turun layar atau ditarik dari bioskop. Menyatakan akan mendatangi seluruh bioskop yang memutarnya. Memaksa penonton untuk tidak menonton. Bahkan calon penonton pun diberi peringatan secara keras. Melalui media elektronik televisi menyatakan bahwa film berjudul Tanda Tanya karya Hanung Bramantyo merupakan film yang memurtadkan umat Islam. Bagi yang sudah atau memaksa diri menonton dianggap KAFIR. Sangat sadis! Sejak saat itu, saya mengenal ormas FPI.

Perayaan Natal
(Kejadiannya masih pada tahun yang sama seperti cerita di atas, berikut kisah yang pernah saya alami.)

Natal merupakan hari raya umat Nasrani. Mereka akan bersuka cita dalam menyambutnya. Bagi umat Muslim, jauh saat zaman Rasulullah SAW memang sudah dilarang untuk mengucapkan Selamat Natal. Begitu juga dengan penggunaan atribut yang bernuansa perayaan sakral tersebut. Lagi-lagi, ormas FPI berbuat keributan di tengah sosialisasi Fatwa MUI tentang perayaan Natal bagi seorang Muslim. Mereka melakukan swepping pada pusat perbelanjaan. Mengincar topi Santa yang dijual atau dikenakan oleh umat Islam. Tidak masalah kalau sekadar melakukan swepping sambil bersosialisasi dengan menegur secara sopan dan santun, tapi nyatanya ada sedikit perlakuan kasar. Beredar kabar, toko penjual atribut Natal dirusak bahkan tak segan melakukan kekerasan secara fisik terhadap pengunjung. Sungguh sangat disayangkan, ketika niat baik melakukannya justru menjadi ajang pemaksaan disertai kekerasan.
Seorang sahabat sempat mengungkapkan keresahannya. Saya pun mencoba menenangkannya. Kejadian swepping tersebut menjadi awal mula terjadinya konflik ringan antar pemeluk agama. Bersyukur tidak sampai berkepanjangan, karena saat momen tahun baru semua kembali seperti sedia kala. Kejadian serupa pun kembali terjadi ketika menjelang perayaan Natal bahkan hingga sekarang. Bedanya, kini masih bisa diatasi. Mengingat semakin banyak masyarakat yang tidak mudah terprovokasi aksi swepping atribut Natal. Angin segar bagi dunia untuk saling menghormati. Walau tidak sedikit sindiran dari sesama Muslim yang dianggap over dosis toleransi kepada non-Muslim. Dan ternyata ormas FPI memang begitu, maksudnya memiliki sikap tidak mencerminkan umat Islam sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar