Sebuah "kado" tahun baru yang sangat mengejutkan, ketika harga tak lagi
bersahabat dengan kantong keuangan. Para istri sudah mulai menyusun
strategi penghematan, sedangkan para suami makin mengencangkan sabuk
demi memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bagi yang masih sendiri pun tak
ketinggalan untuk berhemat, apalagi bagi mereka yang sudah terbiasa
hidup mandiri. Merantau jauh dari orang tua atau keluarga, bekerja atau
menempuh pendidikan jauh dari kampung halaman. Bahkan ada beberapa di
antara mereka yang memiliki rencana untuk menikah. Sebagian ingin segera
meresmikan hubungan, sisanya menyatakan belum siap. Permasalahan bukan
terletak pada berapa biaya yang dikeluarkan untuk melamar, mengadakan
acara, atau mahar yang digunakan. Tapi, lebih kepada masa depan. Mau
diberi nafkah apa keluarga kecilnya kelak?
Sudah saatnya kita untuk berubah. Lebih banyak bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan. Kurangi sikap konsumtif dalam kehidupan sehari-hari. Menghapus istilah berfoya-foya sebagai kebiasaan ketika bergaul. Berhenti menyembah gaya hidup yang tidak akan pernah ada ujungnya. Karena di luar sana masih banyak saudara yang serba kekurangan, jauh di bawah standar hidup layak. Persiapkan diri dengan pasang gaya kuda-kuda menangkis keinginan hati yang sering dirabunkan oleh gemerlap dunia. Kehidupan hedonisme dalam sosial media. Memamerkan segala kegiatan mulai bangun hingga tidur lagi, padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Terlebih ketika biaya hidup masih bergantung dari pemberian orang tua. Apa yang patut dibanggakan dengan posisi tangan meminta-minta? Melakukan gerakan "mogok" sebagai bagian dari ancaman kala keinginan tak dapat disanggupi. Miris! Membuat para orang tua terpaksa memeras keringat lebih banyak, demi menunjukkan rasa sayang kepada sang anak.
Bekerja memang menjadi salah satu alternatif "wajib" bagi kaum pecandu gaya hidup modern. Berdalih tidak ingin menyusahkan orang tua. Ketahuilah bahwa bekerja bukan sekadar meringankan beban, tapi lebih kepada bagaimana cara menghargai berbagai bentuk rezeki serta mengutamakan rasa syukur. Apa guna bekerja keras menghidupi gaya hidup tak bertepi, jika kebahagiaan batin dan kesehatan menjadi sesuatu yang tergadaikan? Menggebu-gebu hingga tanpa terasa menyingkirkan bahkan melukai orang terdekat. Bersaing dengan mengedepankan nafsu duniawi. Mengumpulkan harta sebanyak mungkin agar terlihat sukses. Membuat besar kepala karena over dosis pujian hingga tak mampu membawa kepala sendiri. Mari bersama untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan beri. Sesungguhnya rezeki bukan perkara harta atau materi dunia, tapi bisa berupa hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita. Nikmat Tuhan mana (lagi) yang engkau dustakan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar