⚠ PERINGATAN ⚠
Sebelum membaca konten, alangkah baiknya jika pembaca tidak terlalu sensitif. Karena isi bacaan tersebut merupakan hasil renungan, sehingga hanya menerima diskusi bukan perdebatan. Sesungguhnya, alasan menuliskannya adalah sebagai wadah bertukar pikiran. Bukan mencari musuh atau sejenisnya. Terima kasih dan selamat membaca!
Ketika sebagian besar masyarakat kekinian berlomba-lomba
untuk menjadi viral. Menciptakan sensasi agar masuk dalam deretan trending topic, bahkan mungkin bercita-cita sebagai endorsement atau model endorse suatu produk di sosial media. Lebih menyenangkan ketika bisa menjadi
diri sendiri. Apalagi kita memang bukan artis, selebgram, atau
sejenisnya. Jadi, masih bisa tetap menikmati hidup dengan tenang dan
damai. Tanpa dikejar-kejar penggemar, dikepoin akun-akun gosip, mendapat
penilaian tentang kesempurnaan penampilan dari netizen, dan lain-lain.
Sebenarnya, sah-sah saja berprofesi pada bidang entertainment seperti
itu. Hanya saja, kehadiran situs jejaring sosial telah mengubah mind
set masyarakat akan makna terkenal.
Jika dahulu, terkenal adalah sebutan bagi mereka yang
sering lalu-lalang di media massa seperti televisi. Kini, status terkenal pun bisa dimiliki siapa dan dimana saja. Asal memiliki sosial
media, rupawan, bisa tampil bak orang berada (walau terkadang palsu,
mengada-ada atau ngaku-ngaku, pinjam, dan sejenisnya), super percaya
diri, hingga kualitas unggahan (foto atau video) dengan resolusi tinggi
serta background yang layak jual. Yap! Sosial media telah mendoktrin
kita untuk menjadi sosok sempurna secara virtual. Hal ini yang membuat
masyarakat berlomba-lomba untuk menjadi idola dadakan. Melakukan hal-hal
yang kadang tidak masuk akal. Tapi, justru sering dinilai sebagai
bentuk metamorfosis dari kreativitas. Sekali pun yang mereka lakukan
sangat berbahaya. Padahal keselamatan diri sendiri merupakan hal yang
paling utama. Bagaimana kalau ternyata aksi tersebut berakhir dengan
kecelakaan (cacat fisik) hingga mungkin kematian? Apa yang bisa
dipamerkan lagi? Bukan dapat gelar terkenal, malah berakhir tragis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar