Rabu, 31 Mei 2017

Aku dan Sosial Media - Bagian 1. Terkontaminasi Organisasi Masyarakat Radikal

https://www.facebook.com/hittah.dhianitha
Aku mengira dengan memiliki sosial media kehidupan akan berubah lebih baik secara drastis. Tapi, ternyata tidak sama sekali. Justru ada ruang hampa di dalam hati. Entah, bagaimana bisa dan berasal dari mana? Ekspektasi mengatakan, bahwa akan ada banyak teman yang bisa diajak bersosialisasi. Mengingat dunia nyata tak cukup menjanjikan untuk menghadirkan seorang teman yang baik. Sosok kawan yang sesuai dengan harapan. Setidaknya dia mau menerima diriku apa adanya, bukan ada apanya.

Aku pun yakin, jika sosial media pasti mampu menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Dimana ada banyak teman yang berbeda-beda dari segala penjuru dunia. Seperti berbeda keyakinan, ras maupun suku, hingga mungkin status sosial. Tapi, lagi-lagi tidak seperti yang dibayangkan. Mereka justru memiliki karakter yang hampir sama dengan wajah-wajah di dunia nyata. Pujian dan jempol atau Love akan mudah dilontarkan, ketika aku menjadi bukan diriku sendiri. Menjadi budak yang dituntut harus selalu sempurna di setiap unggahannya.

Aku juga pernah berurusan dengan golongan yang merasa paling taat beragama. Mereka menghina sambil berteriak KAFIR secara berkelompok hanya karena berbeda pendapat. Membenci atas masalah sepele, yaitu menjelaskan bahwa kaum minoritas tak semuanya bersikap buruk. Pada praktiknya, justru pihak mayoritas yang sering mendzalimi. Merasa jumlahnya paling banyak, sehingga dalam hatinya selalu ingin menang sendiri. Ini bukan dongeng pengantar tidur, tapi kejadian itu memang ada di kolom komentar salah satu platform jejaring sosial. Mengingat aku pernah mengalaminya, menyaksikan secara langsung dalam keadaan sadar. Kalau saudara seiman saja dikatakan TAK BERAKIDAH, bagaimana nasib yang berbeda keyakinan? Padahal sama-sama Warga Negara Indonesia, lha kok mempermasalahkan perbedaan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar