Kamis, 01 Juni 2017

Aku dan Sosial Media - Bagian 2. Pencitraan Diri

https://www.instagram.com/dhianitha_12/
Ternyata benar apa kata guru-guruku, khususnya guru agama. Dunia maya hanya akan melihat kita dari sisi atau bagian yang terlihat saja, sedangkan perjuangan di balik itu selalu terabaikan. Hal tersebut bukan semata-mata beliau iri, tapi memang sudah terbukti nyata. Netizen tidak peduli dari mana asal bahkan silsilah keluarga kita. Karena yang mereka tahu adalah kamu termasuk golongan pantas untuk diajak bergaul. Dimana standar keren, beken, kece, kekinian, dan sejenisnya ditentukan oleh sudut pandang yang begitu mudah dipoles. Foto kualitas baik beserta deretan cerita sukses dibilang anak orang yang tajir, padahal si doi sedang memanfaatkan sosial media sebagai lahan bisnis yang positif. Sebaliknya, foto standar smartphone dengan background sesuai kemampuan sering disindir, tidak mau mengakui kalau itu temannya, hingga tidak mau bergaul dengan alasan takut ketularan miskin. Padahal kaya maupun miskin tidak menular seperti penyakit, sehingga alasan semacam ini sangat fiktif.

Belum lagi, kini semakin banyak pengguna sosial media yang rela melakukan aksi konyol. Mulai melakukan "challenge" atau tantangan berantai, foto di tempat yang tidak logis, hingga membuat vlog (video blogger) di segala situasi tanpa memedulikan keselamatan jiwa mereka. Tujuannya demi mendapat banyak korespondensi serta pujian dari netizen, sehingga jumlah pengikut otomatis akan merangkak naik seiring berjalannya kepopuleran seseorang. Sejatinya masyarakat kita memang senang melakukan sensasi, sekali pun aksi kontroversi tersebut bisa membunuhnya. Lalu, siapa yang rugi? Ya, sudah tentu dirinya sendiri. Karena tak ada lagi yang bisa dilakukan sang admin, untuk terus menghidupkan akun pribadinya.

Berkisah tentang suka maupun duka dari sosial media memang tak pernah ada habisnya. Setiap detiknya selalu ada cerita di balik setiap unggahan kontennya. Secara pribadi, aku masih merasa belum bisa menjadi pengguna yang baik. Tapi, tidak menutup kemungkinan akan terus belajar menjadi pemilik yang baik. Semoga kita termasuk golongan netizen yang bisa memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya. Berteman di dunia maya dan bersosialisasi secara nyata harus sama-sama OK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar