Sebuah judul yang sangat mengejutkan. Terdengar sedikit
kasar di telinga hingga menusuk ke hati. Tapi, begitulah adanya. Masih
berbicara tentang anak tetangga yang menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan
tetangga sang pelempar batu sembunyi tangan. Jujur secara pribadi, aku
sudah merasa anak itu tidak dapat dipercaya lisannya. Karena setiap
ucapannya tidak pernah sama, antara hari ini dan esok. Kalimat-kalimat
yang keluar dari bibirnya adalah kemunafikan, kepalsuan, kebohongan, dan
sejenisnya. Demi menutupi kesalahan yang telah diciptakan oleh dirinya
sendiri. Hal tersebut dilakukan demi mengamankan diri dari sebuah
kesalahan. Teman atau orang lain yang ada di sekitarnya, khususnya saat
kejadian akan selalu tertuduh sebagai pelaku. Memaksa siapapun yang
ditujuk untuk selalu berlapang dada. Padahal di dalam hati ingin
melayangkan pukulan keras bertubi-tubi di muka sok imut nan tampan. Ini sudah
lebih dari batas wajar. Si doi perlu diberi pelajaran tentang tata cara
berkata jujur.
Jika bukan karena menjaga nama baik dengan tetangga,
mungkin aku sudah melakukan perhitungan kepada dia. Tak peduli siapa dan apa
profesi orang tuanya. Karena kejadian itu sudah berulang kali. Membuat
resah tetangga yang lainnya, sedangkan si doi hanya diam saja. Pura-pura
tidak tahu masalah ini. Padahal sebenarnya dirinya sendiri yang menjadi dalang di balik
membludaknya jumlah sahabat bulu secara drastis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar